Tragedi di Ruang Kelas: Angga, Bocah 12 Tahun yang Tewas Setelah Diduga Dibully di SMP Negeri 1 Geyer




GROBOGAN – REAL INVESTIGASI| Suasana duka menyelimuti SMP Negeri 1 Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Sabtu (11/10/2025), seorang siswa kelas VII bernama Angga Bagus Perwira (12) ditemukan tak bernyawa di ruang kelasnya. Ia diduga menjadi korban perundungan dan penganiayaan oleh teman sekelasnya.


Peristiwa tragis itu terjadi saat belum ada guru di dalam kelas. Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, suasana awalnya tampak biasa. Namun tak lama kemudian, terdengar keributan kecil di dalam ruang kelas. Saat guru datang, Angga sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Tubuhnya sempat kejang, napas tersengal, hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia setelah dibawa ke puskesmas terdekat.


Sebelum kejadian, Angga sempat menunjukkan tanda-tanda keengganan untuk berangkat sekolah. Menurut ibunya, ia kerap mengeluh menjadi bahan ejekan dan pukulan dari beberapa teman sekelasnya. Namun, anak itu memilih diam—menyembunyikan luka hati di balik senyum kecil setiap pagi.


 “Dia bilang malas sekolah… saya kira cuma karena tugas atau capek. Saya tidak tahu kalau anak saya disiksa setiap hari,” ucap sang ibu dengan suara bergetar.


Selama berminggu-minggu, Angga hidup dalam bayang-bayang perundungan. Ejekan, hinaan, dan kekerasan fisik menjadi rutinitas yang perlahan mengikis semangat hidupnya. Hingga akhirnya, pada Sabtu pagi itu, kelas yang seharusnya menjadi tempat belajar dan bermain berubah menjadi ruang kematian.


Ketika kabar duka itu sampai ke rumah, sang ibu berlari tanpa alas kaki menuju sekolah. Ia menemukan anaknya terbujur kaku di lantai kelas—dengan seragam putih biru yang basah oleh air mata dan darah.


 “Ibu mana yang tidak hancur… melihat anak yang ia lahirkan kini pulang dalam diam karena kejamnya teman-teman sendiri,” lirihnya.


Kasus ini menjadi cermin kelam dunia pendidikan Indonesia, di mana perundungan masih dianggap hal sepele — padahal bisa berujung pada hilangnya nyawa seorang anak dan runtuhnya hati seorang ibu.


Kini, hanya foto dan kenangan yang tersisa. Di meja belajarnya di rumah, buku-buku Angga masih terbuka, seolah menunggu tangan kecil yang tak akan pernah menulis lagi.


Duka keluarga Angga adalah peringatan keras bagi kita semua:

Bullying bukan lelucon. Ia adalah pembunuh yang bersembunyi di balik tawa.


TIM media

Posting Komentar

0 Komentar